Recent Blog Post

New Post!

  • 2

    Share, untuk mendukung kami

     

    Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) Serangga yang Beragam Manfaat

     


     




    Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly) merupakan ordo Diptera yang ciri fisiknya mirip dengan tawon. Penyebaran lalat tentara hitam yaitu di sebagian besar Amerika Serikat dan Eropa ,termasuk Semenanjung Iberia , Prancis selatan , Italia , Kroasia , Malta , Kepulauan Canary , dan Swiss , di pantai Laut Hitam Rusia di Wilayah Krasnodar, di alam Afrotropis , alam Australasia , alam Palaearktik timur, alam Nearctic , Afrika Utara , Afrika Selatan , dan alam Indomalaya. Di Indonesia sendiri, lalat hitam ini mulai dilirik untuk dikembangkan karena beragam manfaat yang diperoleh.

    Adapun ciri morfologi dari lalat H. illucens dewasa berukuran sekitar 16 milimeter yang didominasi warna hitam, dengan refleksi metalik mulai dari biru hingga hijau di dada dan terkadang warna ujung perut yang kemerahan. Kepalanya lebar dengan antena yang panjangnya dua kali panjang kepalanya. Kakinya berwarna hitam dengan tarsi keputihan. Sayapnya memiliki membran; pada waktu istirahat, mereka dilipat secara horizontal di perut dan tumpang tindih. 

    H. illucens merupakan lalat yang ukuran, warna, dan kenampakannya mirip tawon.

    Siklus hidup keseluruhan dari telur hingga dewasa rerata sekitar 45 hari. Seekor betina dewasa bertelur antara 206 dan 639 telur sekaligus.  Telur-telur ini biasanya disimpan di celah-celah atau pada permukaan di atas atau di sekitar materi yang membusuk seperti pupuk kandang atau kompos dan menetas dalam waktu sekitar 4 hari

    Larva yang baru muncul berukuran 1,0 milimeter, mampu mencapai panjang 2,5 milimeter dan berat 0,10 hingga 0,22 gram pada akhir tahap larva. Larva dapat memakan berbagai bahan organik,  beradaptasi dengan makanan dengan kandungan nutrisi yang berbeda.  Tahap larva berlangsung dari 18 hingga 36 hari, tergantung pada substrat makanan yang diberikan kepada larva, dimana tahap pasca menyusui (prepupal) berlangsung sekitar 7 hari.  Lamanya tahap larva dapat tertunda selama berbulan-bulan karena suhu rendah atau kekurangan makanan.  Tahap kepompong berlangsung dari 1 hingga 2 minggu. 

    lalat BSF

    Telur siap tetas

     

    Larva dan dewasa tidak dianggap sebagai hama maupun vektor. Sebaliknya, larva lalat tentara hitam memainkan peran yang mirip dengan cacing merah sebagai pengurai penting dalam menghancurkan substrat organik dan mengembalikan nutrisi ke tanah. Larva memiliki nafsu makan yang rakus dan dapat digunakan untuk membuat kompos sisa makanan rumah tangga dan produk limbah pertanian. Selain itu, larva lalat tentara hitam (BSFL) merupakan sumber protein alternatif untuk budidaya , pakan ternak  dan nutrisi manusia

    Beberapa manfaat dari Lalat Tentara Hitam antara lain sebagai berikut :



    • Sebagai pengurai sampah dari bahan organik (pengomposan)

    Larva BSF dengan cepat mengurangi volume dan berat limbah organik. Koloni larva memecah makanannya dan menciptakan panas serta meningkatkan penguapan kompos. BSFL dalam sistem kompos biasanya mengurangi volume kompos sekitar 50%. Diperlukan sebanyak 10.000 larva (sekitar 1 kg) larva BSF dalam waktu 24 jam mampu mengurai sampah organik sebanyak 1 Kg. Selain itu, kandungan E. coli 0157: H7 dan Salmonella enterica berkurang secara signifikan yang diukur dalam kotoran ayam setelah larva BSF ditambahkan ke dalam kotoran tersebut.

    Selain menghasilkan protein, larva lalat juga menghasilkan sumber daya berharga lain yang disebut frass Frass larva lalat adalah residu butiran dan tidak berbau yang dapat digunakan sebagai pupuk organik secara langsung atau melalui konversi oleh cacing tanah.

    • Sebagai pakan hewan/ternak

    Larva lalat tentara hitam digunakan sebagai pakan . Fase pupa dan prepupae dimakan oleh unggas , ikan, babi , kadal (dan jenis reptile lainnya), kura-kura, dan bahkan anjing.  Pada tahap kepompong (pupa), lalat tentara hitam berada pada puncak nutrisinya.  Mereka dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa minggu, dan umur simpan terpanjangnya dicapai pada 10 sampai 16 ° C (50 sampai 60 ° F). Maggot juga dapat diolah menjadi maggot beku, maggot kering, tepung ikan dan lainnya sebagai pakan alternatif berprotein tinggi.

    • Untuk menghasilkan minyak (gemuk)

    Larva lalat prajurit hitam dapat digunakan untuk menghasilkan minyak (gemuk). Gemuk ini dapat digunakan dalam industri farmasi ( kosmetik ,  surfaktan untuk shower gel) dengan mengganti minyak nabati lain sebagai minyak sawit.

    • Sumber kitin

    Larva lalat prajurit hitam dapat digunakan untuk memproduksi kitin . Kitin digunakan dalam pengiriman sebagai alternatif melawan biofouling . Ini juga digunakan dalam pemurnian air.  Kitin juga memiliki potensi yang baik sebagai bahan pembenah tanah, untuk meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan tanaman. 

    • Sumber penghasilan tambahan

    Bisnis budidaya BSF ini cukup menggiurkan. Berdasarkan harga yang tersedia di toko online dapat dibuktikan bahwa 1 gram telur dijual dengan harga Rp 10.000-35.000, harga prepupa Rp. 35.000-40.000, harga pupa Rp. 20.000-40.000, sedangkan untuk maggot kering Rp. 25.000-70.000.

    Pada akhir tahun 2018, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah melakukan pengembangan BSF ini melalui pembentukan kampung budidaya BSF telah mampu mengembangkan Sekolah Kader Desa Brilian sehingga sekitar 30 anak telah mendapat beasiswa. Selain itu,  hasil dari budi daya sebagian dapat digunakan untuk membayar iuran jaminan sosial ketenagakerjaan di di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Sebanyak 23 KK telah melakukan pengembangan budidaya BSF. Untuk kelompok, nantinya hanya menerima 50%, sedangkan 30% untuk alokasi kuliah bagi warga tidak mampu dan 20% lainnya untuk mitra pembudidaya. Untuk harga maggot yang hidup Rp 7.000/kg di tingkat pembudidaya. Sedangkan harga larva kering mencapai Rp 10.000 – 15.000 tiap 100 gram. Dalam satu kandang dapat menghasilkan 50 gram/hari. Jika harga telur yaitu Rp. 10.000 maka dapat menghasilkan Rp. 500.000. Sedangkan larva yang dihasilkan dapat mncapai 30 Kg.

     
     
     
     
     

     

    MANFAAT DAN KEGUNAKAN MAGGOT LALAT BSF

  •  MENGENAL SIKLUS LALAT BLACK SOLDIER FLY  

    Siklus Hidup Black Soldier Fly(BSF): Black Soldier Fly berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya berwarna transparan (wasp waist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah. Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai delapan hari (Gambar 1). Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak. Lalat dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kebutuhan nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang disimpan saat masa pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar et al. 2014). Berdasarkan jenis kelaminnya, lalat betina umumnya memiliki daya tahan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan (Tomberlin et al. 2009).

    Menurut Tomberlin et al. (2002) bahwa siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa berlangsung sekitar 40-43 hari, tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan. Lalat betina akan meletakkan telurnya di dekat sumber pakan, antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak, tumpukan limbah bungkil inti sawit (BIS) dan limbah organik lainnya. Lalat betina tidak akan meletakkan telur di atas sumber pakan secara langsung dan tidak akan mudah terusik apabila sedang bertelur. Oleh karena itu, umumnya daun pisang yang telah kering atau potongan kardus yang berongga diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat telur.



    Di alam, lalat betina akan tertarik dengan bau senyawa aromatik dari limbah organik (atraktan) sehingga akan datang ke lokasi tersebut untuk bertelur. Atraktan diperoleh dari proses fermentasi dengan penambahan air ke limbah organik, seperti limbah BIS, limbah sayuran atau buah-buahan atau penambahan EM4® (bakteri) dan mikroba rumen. Jumlah lalat betina yang meletakkan telur pada suatu media umumnya lebih dari satu ekor. Keadaan ini dapat terjadi karena lalat betina akan mengeluarkan penanda kimia yang berfungsi untuk memberikan sinyal ke betina-betina lainnya agar meletakkan telur di tempat yang sama. Telur BSF berwarna putih dan berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 1 mm terhimpun dalam bentuk koloni.

    Seekor lalat betina BSF normal mampu memproduksi telur berkisar 185-1235 telur (Rachmawati et al. 2010). Literatur lain menyebutkan bahwa seekor betina memerlukan waktu 20-30 menit untuk bertelur dengan jumlah produksi telur antara 546-1.505 butir dalam bentuk massa telur (Tomberlin & Sheppard 2002). Berat massa telur berkisar 15,8-19,8 mg dengan berat individu telur antara 0,026-0,030 mg. Waktu puncak bertelur dilaporkan terjadi sekitar pukul 14.00-15.00. Lalat betina dilaporkan hanya bertelur satu kali selama masa hidupnya, setelah itu mati (Tomberlin et al. 2002).

    Lebih lanjut disebutkan bahwa jumlah telur berbanding lurus dengan ukuran tubuh lalat dewasa. Lalat betina yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan ukuran sayap lebih lebar cenderung lebih subur dibandingkan dengan lalat yang bertubuh dan sayap yang kecil (Gobbi et al. 2013). Jumlah telur yang diproduksi oleh lalat berukuran tubuh besar lebih banyak dibandingkan dengan lalat berukuran tubuh kecil. Selain itu, kelembaban juga dilaporkan berpengaruh terhadap daya bertelur lalat BSF. Sekitar 80% lalat betina bertelur pada kondisi kelembaban lebih dari 60% dan hanya 40% lalat betina yang bertelur ketika kondisi kelembaban kurang dari 60% (Tomberlin & Sheppard 2002).

    Dalam waktu dua sampai empat hari, telur akan menetas menjadi larva instar satu dan berkembang hingga ke instar enam dalam waktu 22-24 hari dengan rata-rata 18 hari (Barros-Cordeiro et al. 2014). Ditinjau dari ukurannya, larva yang baru menetas dari telur berukuran kurang lebih 2 mm, kemudian berkembang hingga 5 mm. Setelah terjadi pergantian kulit, larva berkembang dan tumbuh lebih besar dengan panjang tubuh mencapai 20-25 mm, kemudian masuk ke tahap prepupa. Tomberlin et al. (2009) menyebutkan bahwa larva betina akan berada di dalam media lebih lama dan mempunyai bobot yang lebih berat dibandingkan dengan larva jantan. Secara alami, larva instar akhir (prepupa) akan meninggalkan media pakannya ke tempat yang kering, misalnya ke tanah kemudian membuat terowongan untuk menghindari predator dan cekaman lingkungan.

    Holmes et al. (2013) membandingkan lima substrat dalam stadia pupa, yaitu serbuk gergaji, tanah, humus, pasir dan tidak menggunakan substrat. Stadia pupa yang dipelihara pada substrat pasir dan humus lebih lama dibandingkan pada substrat tanah dan serbuk gergaji. Stadia pupa tanpa substrat berjalan paling cepat karena untuk mengurangi risiko dari predator atau ancaman lingkungan. Namun, kondisi ini menyebabkan daya tetas pupa menjadi imago (lalat dewasa) lebih rendah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini diduga karena energi yang tersimpan selama menjadi larva banyak digunakan untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Bobot pupa betina rata-rata 13% lebih berat dibandingkan dengan bobot pupa jantan (Tomberlin et al. 2009). Setelah 14 hari, pupa berkembang menjadi lalat dewasa (imago). Dua atau tiga hari kemudian lalat dewasa siap untuk melakukan perkawinan.

    Suhu merupakan salah satu faktor yang berperan dalam siklus hidup BSF. Suhu yang lebih hangat atau di atas 30°C menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Suhu optimal larva untuk dapat tumbuh dan berkembang adalah 30°C, tetapi pada suhu 36°C menyebabkan pupa tidak dapat mempertahankan hidupnya sehingga tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa. Pemeliharaan larva dan pupa BSF pada suhu 27°C berkembang empat hari lebih lambat dibandingkan dengan suhu 30°C (Tomberlin et al. 2009). Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. Suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas lebih cepat dibandingkan dengan suhu yang rendah.

    Meskipun lalat dewasa tidak memerlukan pakan sepanjang hidupnya, tetapi pemberian air dan madu dilaporkan mampu memperpanjang lama hidup dan meningkatkan produksi telur. Rachmawati et al. (2010) membuktikan bahwa puncak kematian lalat dewasa yang diberi minum madu terjadi pada hari ke-10 hingga 11, sedangkan pada lalat yang diberi minum air terjadi kematian tertinggi pada hari kelima hingga kedelapan dan berlanjut pada hari ke-10 hingga 12. Ditinjau dari waktu bertelurnya, lalat betina yang diberi minum madu mencapai puncak waktu bertelur pada hari kelima, sedangkan pada perlakuan pemberian air terjadi pada hari ketujuh.

    Source Artikel: Siklus Hidup Black Soldier Fly: April Hari Wardhana

     

    MENGENAL SIKLUS LALAT BSF

  •  

     



     Hai genk..

    Mendengar nama belatung hampir semua orang pasti jijik melihat apalagi memegangnya,iya jelas jijik karena belatung itu dari larjo atau lalat hijau genk yang membawa bibit penyakit dan juga bau.

    Tapi bagaimana dengan larva maggot dari lalat tentara hitam atau BSF (black soldier fly) ,orang awan belum banyak tahu perbedaan antara belatung lalat hijau dengan larva maggot BSF .

     Untuk memudahkan membedakan berikut adalah cara yang paling simple ya genk :

     


     

    Belatung Lalat hijau :

    - Permukaan kulit mengkilat dan halus

    - Gerakan lincah ,terkadang loncat loncat ( hati hati kalau melihat dari jarak dekat ,mulut jangan terbuka nanti ditakutkan loncat kemulut yan genk)

    - Berbau busuk dan membawa penyakit ( kalau belatung ini diberikan untuk pakan unggas dengan porsi banyak biasanya akan membawa dampak yang buruk bagi ternak anda

    - Fase kepompong bentuk loncong kecil warna merah kecoklatan


    Larva lalat BSF         : 

    - Permukaan kulit  kasar dan bergaris garis

    - Gerakan lebih lambat

    - berbau khas tetapi tidak busuk

    - Fase kepompong tidak ada perubahan hanya warna berubah hitam kecoklatan


    Perlu kamu ketahui ya genk

    Untuk lalat hijau fase telur sampai memenetas hanya butuh sehari sedangkan untuk larva ini untuk lalat hijau fase siklusnya relatif lebih cepat kurang lebih hanya seminggu sudah jadi kepompong.

    Kalau untuk lalat BSF ,fase telur sampai menetas dibutuhkan kurang lebih 2hari dan siklus larva menjadi kepompong bisa 2 mingguan tergantung konsumsi pakan yang diberikan. 

    Ok genk ,episode selanjutnya kita bahas topik yang lebih menarik ya..

    Salam uget uget 

    Tetap sehat,bersama kita buat perubahan yang lebih baik.




     



    Perbedaan Belatung lalat Hijau dengan Larva lalat BSF

  • - Copyright © CLUSTER MAGGOT COLOMADU - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -